Hari Ibu Bukan ‘Mother’s Day’, Saatnya Generasi Milenial Memaknai dengan Aksi Nyata

Jakarta — Peringatan Hari Ibu (PHI) yang jatuh pada 22 Desember seringkali dimaknai oleh masyarakat khususnya generasi milenial sebagai mother’s day. Pergeseran makna PHI ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, mengingat Hari Ibu merupakan momentum pemantik semangat tidak hanya bagi para perempuan, tapi juga masyarakat khususnya generasi muda untuk bergerak bersama secara nyata meningkatkan kualitas hidup perempuan serta menjadi solusi dalam menghadapi berbagai persoalan terkait perempuan khususnya dalam menghadapi masa sulit pada situasi pandemi Covid-19 saat ini.

Wakil Ketua Panitia Umum Peringatan Hari Ibu Ke-92, Titi Eko Rahayu mengungkapkan pentingnya mengembalikan makna sesungguhnya dari Peringatan Hari Ibu itu sendiri. Titi menilai PHI merupakan momentum untuk mengenang semangat para perempuan luar biasa yang turut berjuang menentang penjajah, khususnya dalam memperjuangkan nasib perempuan dalam mendapatkan kesetaraan dengan laki-laki dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan menyuarakan pendapat di hadapan publik.

“Peringatan Hari Ibu tahun ini memaknai kembali semangat para perempuan untuk mengambil peran mengisi pembangunan dengan melakukan aksi solidaritas merespon pandemi Covid-19,” ujar Titi dalam acara Dialog dengan Media (Media Talk) dalam rangka Peringatan Hari Ibu Ke-92 dengan tema ‘Hari Ibu Bukan Mother’s Day’.

Titi menambahkan peringatan Hari Ibu tahun ini dikemas berbeda karena menyesuaikan dengan situasi pandemi yang dihadapi bangsa Indonesia dan berdampak besar pada kehidupan masyarakat.

“Kami melaksanakan kegiatan dan mengangkat tema dalam PHI Ke-92 menyesuaikan dengan situasi pandemi saat ini. Tema utama PHI yang akan kita usung sampai 2024 adalah Perempuan Berdaya, Indonesia Maju,” ungkap Titi.

Pada acara ini, Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Giwo Rubianto menekankan pentingnya menjalin kedekatan dengan generasi muda melalui sosialisasi dan edukasi terkait makna sebenarnya dari Peringatan Hari Ibu. Menurut Giwo media massa juga berperan penting dalam menghadirkan isu menarik terkait makna Hari Ibu sehingga akan lebih mudah diterima masyarakat khususnya generasi milenial.

Peringatan Hari Ibu hadir melalui keputusan Kongres Perempoean Indonesia III di Bandung pada 22 Desember 1938. Peringatan ini diharapkan menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan.

“Peringatan Hari Ibu lebih dari sekedar mother’s day. PHI adalah momentum kebangkitan bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan serta gerak perjuangan perempuan dalam berbagai sektor pembangunan untuk Indonesia maju yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Momentum Peringatan Hari Ibu bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dalam pemenuhan hak perempuan dan anak, serta untuk memajukan perempuan Indonesia di masa pandemi Covid-19 dimana banyak perempuan terpuruk, menjadi korban kekerasan, bahkan harus memikul beban ganda,” terang Giwo.

Perempuan Indonesia wajib menjadi Ibu bangsa yang mengemban tanggung jawab mulia, inovatif, dan memiliki kepribadian bangsa nasionalisme, serta sehat dan jasmani. “Mari berkolaborasi dan bersinergi mengemban amanat para founding mothers (ibu bangsa) untuk sebaik-baiknya menjadi ibu bangsa sejati. Jangan melupakan sejarah, kita harus menjalankan amanah para perempuan terdahulu yang memberikan pengorbanan luar biasa bukan hanya materi tapi juga jiwa dan raga,” tegas Giwo.

 

Pesan Gubernur kepada Para Ibu, Manfaatkan IT dengan Bijak

Samarinda — Dengan mengangkat tema Dirgahayu ke-21 Dharma Wanita Persatuan (DWP) tahun 2020 “Peran DWP dalam pemberdayaan perempuan di era digital untuk mendukung terwujudnya ketahanan keluarga Indonesia diharapkan anggota DWP maupun perempuan lainnya dapat lebih bijak memanfaatkan  informasi teknologi (IT). Artinya keberadaan IT bisa dimanafaatkan untuk kepentingan yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

“Anggota DWP maupun kaum perempuan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas mereka, terutama dalam memanfaatkan IT. Sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi keluarga mereka dan masyarakat,” kata Gubernur Kaltim Dr H Isran Noor saat memberi arahan pada puncak Dirgahayu ke-21 DWP di Ruang Ruhui Rahayu Kantor Gubernur Kaltim, Kamis (10/12/2020).

Isran berpesan, agar pemanfaatan IT bukan hanya untuk kebiasaan buruk. Misal, menyebar kebencian kepada seseorang, membuat informasi bohong atau hoaks.  Kaum perempuan harus bijak memanfaatkan kecanggihan IT

“Jangan karena era teknologi informasi, semaunya berbuat tidak baik. Terlebih membuat orang lain menderita. Sebaiknya, IT  harus dimanfaatkan untuk hal yang baik. Misal berbagi informasi pengetahuan maupun peningkatan wawasan masyarakat,” jelasnya.

Sementara Pembina DWP Kaltim yang juga Ketua TP PKK Kaltim Hj Norbaiti Isran Noor berharap peran DWP bisa menjaga ketahanan keluarga masing-masing. Apalagi di masa pandemi. “Ikuti anjuran pemerintah untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. Insyaallah kita semua sehat,” pesan Norbaiti.

Ketua DWP Kaltim Hj Liza Febriani Sa’bani, mengatakan melalui tema yang ditetapkan pada HUT ke-21 diharapkan perempuan selalu berinovasi, sehingga mampu berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Hadir Wakil Ketua TP PKK Kaltim Hj Erni Makmur Hadi Mulyadi dan seluruh anggota DWP Provinsi Kaltim dan Kabupaten dan Kota se-Kaltim secara langsung maupun online atau virtual. (humasprovkaltim)