HAN Harus Jadi Momen Kepedulian Pemenuhan Hak Anak

Samarinda — 800 anak meriahkan Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tingkat provinsi yang berlangsung di Pendopo Odah Etam Komplek Kantor Gubernur Kaltim, Senin (29/7/2019). Kegiatan ini dibuka Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Administrasi Umum Setda Prov Kaltim H Fathul Halim mewakili Gubernur Kaltim H Isran Noor dan turut dihadiri Ibu Hj Norbaiti Isran Noor.

Mengusung tema Kualitas Keluarga Penopang Perlindungan Anak, dengan sub tema Cegah Pernikahan Usia Anak, peringatan ini dimaknai kepedulian bangsa Indonesia terhadap perlindungan anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Keluarga menjadi lembaga pertama dan utama memberikan perlindungan anak, sehingga menghasilkan generasi penerus yang sehat, cerdas ceria, berakhlak mulia dan cinta tanah air.

“Selamat merayakan Hari Anak Nasional 2019. Semoga anak-anak kita tumbuh sehat lahir dan bathin, serta terpenuhi hak-haknya. Semoga peringatan HAN ini dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan kepedulian terhadap pemenuhan kebutuhan dan hak anak-anak di seluruh wilayah Kaltim,” harap Gubernur.

Sementara Kepala Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim Halda Arsyad mengatakan  HAN yang diperingati setiap tanggal 23 Juli sebagai upaya menjamin hak-hak anak yaitu hak hidup, hak kelangsungan hidup, perkembangan dan menghargai pandangan anak, kepentingan terbaik bagi anak dan non diskriminasi.

Pada kesempatan ini dilakukan launching Kartu Identitas Anak (KIA) Kaltim oleh Ibu Hj Norbaiti Isran Noor. Serta penyerahan hadiah kepada pemenang lomba batita dan balita sehat, lomba konselor sebaya se Kaltim.

Untuk lomba kenselor sebaya tingkat SMA dimenangkan SMA IT Granada, dan SMKN 1 Samarinda. Sementara tingkat SMP diraih oleh SMPN 4 Samarinda, SMPN 10 Samarinda dan MTS Model Samarinda. Untuk Harapan I diraih SMPN 11 Samarinda dan Harapan II SMPN 1 Samarinda.

Hadir Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim Hj Halda Arsyad, Kepala Diskominfo Kaltim Diddy Rusdiansyah, Kepala Saptol PP Kaltim Gede Yusa. Tampak Kepala Bappeda Kota Samarinda Ananta Fathurrozi dan Kepala Disdukcapil Kota Samarinda Abdullah, serta perwakilan perangkat daerah Pemprov Kaltim dan Pemkot Samarinda. (DKP3AKaltim/rdg)

Final, DKP3A Kaltim Gelar HAN 2019 di Odah Etam

Samarinda — Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim akan melaksanakan Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tingkat Provinsi, di Pendopo Odah Etam Komplek Kantor Gubernur Kaltim.

Kasi Tumbuh Kembang Anak Siti Khotijah mengatakan, gelaran ini akan berlangsung 29 Juli mendatang, direncanakan akan dibuka oleh Gubernur Kaltim dan menghadirkan 800 anak.

HAN akan diisi dengan penampilan anak taman kanak-kanak (TK), pembacaan puisi oleh anak-anak penyandang disabilitas, pemberian doorprize, flashmob dance, serta dialog Gubernur bersama anak-anak. Acara juga dirangkai dengan pemberian penghargaan kepada pemenang lomba batita dan balita sehat yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kaltim.

“Selain itu, dalam rangka Hari Anak ini, kami juga telah melaksanakan Lomba Konselor Sebaya paha hari ini dengan tema Cegah Perkawinan Usia Anak yang berlangsung di Kantor DKP3A Kaltim,” ujarnya, Sabtu (27/7/2019).

Oshin, sapaan akrabnya, berharap kegiatan HAN 2019 dapat berjalan dengan baik dan anak-anak merasa bahagia. Momentum hari anak tahun ini diharapkan mampu meningkatkan kepedulian dalam menghormati, menghargai dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi. Dan memastikan hal terbaik untuk anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya. (DKP3Kaltim/rdg)

8 Kabupaten/Kota Di Kaltim Raih Penghargaan KLA

Makassar — Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) RI menyelenggarakan malam penghargaan Kabupaten/Kota Layak Anak 2019 di Hotel Four Points, Selasa malam (23/7/2019). Malam penghargaan ini diberikan untuk mendorong pemerintah daerah memenuhi kebutuhan anak Indonesia. Target KPPPA adalah Indonesia Layak Anak (Idola) 2030.

Menteri PPPA Yohana S Yembise atau akrab dipanggil dengan Mama Yo mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Presiden RI Joko Widodo yang menjadi perintis kota layak anak ketika masih menjadi Walikota Solo. UU Nomor 35 Tahun 2014 pasal 21 ayat 4 dan 5 mendorong pemerintah daerah bertanggung jawab mendukung pemerintah pusat dalam perlindungan terhadap anak. Selain itu, Mama Yo mengajak semua peserta memberikan apresiasi kepada Ananda Rosalinda dari NTT yang komik karyanya dihargai di New York dan 100 negara.

Ketua Tim Evaluasi Penghargaan KLA 2019 sekaligus Deputi IV Tumbuh Kembang Anak, Lenny N Rosalin menyampaikan penilaian dilakukan dengan mengedepankan revolusi industri 4.0.

“Pemberian KLA diberikan dengan penilaian komprehensif dibantu oleh tim independen” ujar Lenny.

Bertambahnya jumlah kabupaten/kota penerima penghargaan KLA menjadi bukti meningkatnya perhatian pemerintah daerah terhadap perkembangan anak di wilayahnya.

“Tahun lalu di Surabaya yang mendapat penghargaan KLA sebanyak 177 kabupaten/kota dan jumlahnya tahun ini cukup mendekati 200 bahkan bisa saja lebih,” katanya.

Pemberian penghargaan KLA tahun ini semakin bertambah dinilai membanggakan sebab dengan bertambahnya pemberian penghargaan KLA di sejumlah daerah maka seiring dengan meningkatnya pemenuhan hak anak di tingkat kabupaten.

Penilaian KLA tahun ini diawali oleh tahap evaluasi mandiri secara online berdasarkan 24 indkator KLA dengan sekitar 430 item pertanyaan atau variabel evaluasi sejak April hingga Mei 2019 dan tahapan selanjunya tim pusat menilai capaian passing grade masing-masing kabupaten yang memenuhi standar.

Selain penghargaan KLA, ada pula nominal pelopor provinsi layak anak yang diukur dari nilai Kabupaten/Kota di dalam provinsi tersebut.

Kepala Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim Halda Arsyad mengatakan, tahun ini Kaltim menunjukkan peningkatan yang cukup membanggakan. Dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, 8 diantaranya meraih penghargaan KLA.

“Kategori Nindya diraih oleh Kota Balikpapan. Kategori Madya diraih Kota Samarinda, Bontang dan Kabupaten Kukar. Sedangkan untuk Kategori Pratama diraih Kabupaten Berau, PPU, Paser dan Kutai Timur,” ungkap Halda.

Sementara itu, UPTD PPA diraih Kota Balikpapan. Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Kabupaten/Kota terbaik diraih Kota Balikpapan. Sekolah ramah anak terbaik oleh SDN 03 Balikpapan dan SLBN Balikpapan, serta Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas (PRAP) diraih Puskesmas Bakilpapan Tengah dan Balikpapan

Meski masih terdapat dua kabupaten yang belum memperoleh penghargaan KLA, Halda optimis untuk terus melakukan advokasi dan pembinaan. Harapannya kedepan, Kaltim menjadi tempat dan rumah yang ramah bagi anak. (DKP3AKaltim/rdg)

Anak-Anak Harus Jadi Fokus Utama Pembangunan

Makassar — Ribuan anak berkumpul untuk merayakan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap 23 Juli. Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan menjadi tuan rumah penyelenggaraan HAN 2019. Berbagai rangkaian kegiatan telah dilaksanakan sejak 19 Juli 2019 dengan dibukanya pertemuan Forum Anak Nasional (FAN) 2019 oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah.

Disambut anak-anak Indonesia yang memutar-mutar alat permainan khas Makassar, katto’-katto’, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana S Yembise yang akrab disapa Mama Yo datang ke Lapangan Karebosi, Makassar, didampingi Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah dan Menteri Keluarga, Tenaga Kerja, dan Layanan Sosial Republik Turki H.E. ZEHRA ZÜMRÜT SELCUK.

“Saya mewakili Presiden RI, Bapak Joko Widodo mengucapkan Selamat Hari Anak Nasional 2019. Kita anak Indonesia, kita gembira. Sungguh suatu kesempatan yang luar biasa hari ini kita bisa merayakan Hari Anak Nasional yang juga dihadiri Menteri Keluarga, Tenaga Kerja, dan Layanan Sosial Republik Turki,” tutur Menteri Yohana.

Menteri Yohana mengatakan anak-anak harus menjadi fokus utama pembangunan. Mereka punya hak yang sama untuk hidup dan berkembang secara optimal, merasakan lingkungan yang aman, nyaman, dan bahagia. Negara harus mempersiapkan kualitas anak-anak karena mereka merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi pemimpin masa depan.

“Anak-anak manfaatkan kesempatan dengan baik untuk melakukan hal-hal positif. Belajarlah yang rajin, banyak membaca buku, rajin beribadah, hormat kepada orang tua, sayangi sesama teman, dan teruslah berprestasi. Kemudian kepada seluruh orang tua dan keluarga Indonesia, jaga dan lindungi anak-anak agar tetap semangat, ciptakan lingkungan agar mereka merasa aman, nyaman, dan bahagia,” pesan Mama Yo.

Senada dengan Menteri Yohana, Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah mengatakan anak adalah masa depan bangsa yang harus menjadi prioritas pembangunan. Mereka harus dilibatkan sebagai subjek dalam pembangunan.

“Pemerintah bersama pemangku kepentingan lainnya berkomitmen meningkatkan upaya sinergis dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak. Semua harus berperan, termasuk guru dan keluarga. Mari bersama ciptakan Indonesia yang perduli dan ramah anak, berikan ruang kepada anak untuk berinovasi dan berkreasi,” ujarnya.

Peringatan HAN 2019 mengusung tema “Peran Keluarga Penopang Perlindungan Anak.” Tema ini dipilih karena KPPPA ingin membangkitkan kepedulian, kesadaran, dan partisipasi seluruh masyarakat Indonesia untuk menciptakan keluarga yang memiliki pola pengasuhan yang berkualitas, berwawasan, keterampilan, dan pemahaman yang komprehensif dalam pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak.

Keluarga sebagai pengasuh pertama dan utama bagi anak-anak harus benar-benar menjadi pelindung. Keluarga harus mengerti cara mengasuh dan memenuhi hak anak. Dengan demikian, kualitas keluarga merupakan kunci pembentukan karakter anak-anak kita.

Pada peringatan HAN 2019 ini pula, dua orang perwakilan anak-anak Indonesia yang berasal dari Forum Anak Nasional, yakni Jihan Rizki Fadillah Gobel dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Kotamobagu dan Afgan Mabdanur Ramadhani dari SMKN 2 Depok Sleman membacakan Suara Anak Indonesia 2019. Suara Anak Indonesia 2019 tersebut berisi:

Kami anak Indonesia menyuarakan:

  1. Mengajak keluarga Indonesia untuk meningkatkan pengasuhan dan pengawasan terhadap anak yang ditelantarkan beserta dengan lingkungannya.
  2. Anak Indonesia mendukung penuh pemerintah untuk merealisasikan penyelarasan peraturan perundang-undangan mengenai batas minimal usia perkawinan.
  3. Memohon kepada pemerintah untuk mengatasi stunting dengan meningkatkan edukasi keluarga dan pemerataan fasilitas serta akses kesehatan.
  4. Mengajak masyarakat Indonesia untuk membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan meningkatkan waste to energy.
  5. Mengajak pemerintah, tenaga kependidikan, dan masyarakat Indonesia untuk meningkatkan pemahaman terkait kesehatan mental.
  6. Mendukung pemerintah untuk menyamaratakan sarana prasarana dan tenaga kependidikan dalam mengoptimalkan sistem pendidikan.
  7. Menolak segala bentuk diskriminasi di sekolah, lingkungan, dan media sosial terhadap anak.
  8. Menolak segala bentuk eksploitasi terhadap anak.
  9. Forum Anak bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan dan menyamaratakan pemberian edukasi kepada anak terkait kesiapsiagaan bencana.
  10. Memohon kepada pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan perhatian kepada anak berkebutuhan khusus dan anak berhadapan dengan hukum dalam segala aspek kehidupan.
  11. Memohon kepada pemerintah untuk mengoptimalkan pembuatan Kartu Identitas Anak dan akta kelahiran di seluruh Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Pemerintah Indonesia melalui Menteri PPPA dan Pemerintah Republik Turki melalui Menteri Keluarga, Tenaga Kerja, dan Layanan Sosial Republik Turki menandatangani kesepakatan terkait pengembangan dan peningkatan kerjasama program pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan layanan sosial. Kesepakatan kerjasama ini akan berlangsung selama dua tahun sejak ditandatangani. (publikasidanmediaKPPPA/DKP3AKaltim/rdg)

Kukar Terbanyak Kasus Pernikahan Usia Anak

Samarinda – Pada Dialog Publika TVRI Kaltim dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional  (HAN) 2019 mengusung tema Menjaga Anak, Menjaga Nasib Bangsa. Anak menjadi fokus utama pembangunan bangsa kedepan yang harus dijaga dan masih banyak pekerjaan rumah pemerintah dalam upaya memberikan fasilitasi pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak.

Kasi Perlindungan Anak Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim Siti Khotijah, mengatakan setiap orang tua diminta untuk memenuhi hak dan perlindungan anak untuk menyiapkan anak Indonesia menjadi pemimpin di masa depan dengan memanfaatkan setiap peluang yang ada.

Tema Kementerian PPPA pada gelaran HAN kali ini, Peran Keluarga Penopang Perlindungan Anak menjadi fokus untuk mewujudkan Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030.

Perempuan yang akrab disapa Oshin ini menyampaikan, pola pengasuhan anak yang telah bergeser mengakibatkan keluarga tak lagi menjadi tempat yang nyaman bagi anak.

“Keluarga bahkan tak bisa menjadi garda terdepan dalam perlindungan anak,” ujarnya.

Perlu adanya perubahan paradigma pola pengasuhan dalam keluarga yang otoriter menjadi pola pengasuhan yang menekankan pada dialog partisipatif. Keluarga harus menjadi wadah pertama dan utama bagi anak.

DKP3A Kaltim, lanjut Oshin, tahun ini mengusung tema Peran Keluarga Penopang Perlindungan Anak, dengan sub tema Tingkatkan Kualitas  Pelayanan Tumbuh Kembang dan Perlindungan Khusus Anak Melalui Pencegahan Pernikahan Usia Anak.

Tema ini diangkat kerena banyaknya kasus pernikahan usia anak di Kaltim. Selama tahun 2017 ada sebanyak 444 anak dengan rincian laki-laki 71 anak dan perempuan 373 anak.

“Sedangkan tahun 2018 meningkatkan menjadi 472 dengan rincian laki-laki sebanyak 92 anak dan perempuan 380 anak. Sepanjang tahun 2017 sampai dengan 2018 mencapai 916 kasus,” ujarnya.

Selain itu, kasus ini terjadi di delapan kabupaten/kota kecuali Kautai Barat dan Mahakam Ulu. “Terbanyak di Kabupaten Kutai Kertanehara sebanyak 225 danmenyusul Samarinda 162,” terang Oshin.

Ia menyampaikan, mengapa kasus ini mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan DKP3A Kaltim telah membentuk Satgas PPPA yag tersebar di delapan kabupaten/kota melalui Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM).

“PATBM ini terdiri dari orang tua, tokoh masyarakat, LM, aktivis, adademisi dan masyarakat. Merekalah yang   menjadi agen di daerah untuk memberikan pemahaman dan melaporkan jika ada kasus yang berkaitan dengan anak,” katanya.

Ia berharap, semua pihak dapat berpartisipasi, bersinergi mewujudkan Kaltim Layak Anak berbasis hak anak.

Hadir pula dalam dialog kali ini, Koordinator Tim Reaksi Cepat Pencegahan Penanganan TPPO dan Perlindungan Anak Kaltim Adji Suwignyo. (DKP3AKaltim/rdg)

Peran Keluarga Penopang Perlindungan Anak

Makassar — Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) RI memilih Peran Keluarga Penopang Perlindungan Anak Indonesia yang menjadi tema Hari Anak Nasional (HAN) 2019. Keluarga, diharapkan mampu melindungi anak sehingga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim Halda Arsyad, mengatakan dalam keluarga yang berkualitas maka pola pengasuhan yang berkualitas akan menjadi konsep utama, dengan memenuhi dan melindungi anak, serta membangun komunikasi yang baik antar anggota keluarga.

“Artinya kualitas harus ditingkatkan sehingga orangtua/keluarga dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik dalam memenuhi hak anak dan melindunginya,” ujarnya.

Namun kondisi keluarga di Indonesia, lanjut Halda, tidak semua mempunyai kualitas yang memadai untuk dapat memenuhi dan memberikan perlindungan kepada anak. Apalagi di era globalisasi, informasi secara bebas dapat diakses masyarakat. globalisasi tidak dapat terbendung dan akan berpengaruh  terhadap kehidupan setiap  individu serta berdampak terhadap  kehidupan dan perkembangan kepribadian anak maupun hubungan antar anggota keluarga.

“Karena anak adalah penerus generasi bangsa, kualitas anak sekarang yang akan menentukan kualitas bangsa kedepan. Oleh sebab itu, pemenuhan hak-hak anak menjadi sangat penting untuk kita penuhi,” ujarnya.

Peringatan HAN bermaksud untuk memunculkan kepedulian seluruh bangsa Indonesia terhadap perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal, dengan mendorong keluarga Indonesia  menjadi lembaga pertama dan utama  dalam memberikan perlindungan kepada anak sehingga akan menghasilkan generasi bangsa yang sehat, ceria, berakhlak mulia dan cinta tanah air.

“Diharapkan momen ini dapat menggugah setiap individu, orang tua, keluarga, pendidik, masyarakat, dunia usaha, media, pemerintah dan semua pihak akan pentingnya peran, tugas, kewajiban masing-masing dalam memnuhi hak dan melindungi anak-anak kita,” ucap Halda. (DKPA3AKaltim/rdg)

Kaltim Kirim 10 Anak Pada Gelaran Hari Anak Nasional

Samarinda — Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim lakukan Pembekalan Pertemuan Forum Anak Nasional 2019 Delegasi Kaltim, berlagsung di kediaman Kasi Tumbuh Kembang Anak Siti Mahmudah I K, Kamis malam (18/7/2019).
Kabid PPPA Noer Adenany menyampaikan keterlibatan anak dalam proses perumusan kebijakan pemerintah memang menjadi cita-cita besar dari adanya Forum Anak Nasional. Forum Anak menjadi wadah dalam rangka pemenuhan hak partisipasi anak yang dibentuk secara berjenjang, mulai tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan dengan keanggotaan dari berbagai kelompok anak.
“Forum Anak merupakan mitra pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan anak. kegiatan ini sangat strategis dalam upaya mengoptimalkan peran anak dalam pembangunan,” ujarnya.
Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2019 akan dipusatkan di Kota Makassar Sulawesi Selatan. Delegasi Kaltim, lanjut Dany, berjumlah 10 orang mewakili 10 kabupaten/kota se Kaltim.
“Pembekalan ini diberikan agar dapat mempersiapkan diri pada pertemuan forum anak nasiona nanti. Selain itu, untuk menjaring aspirasi yang dimasukkan ke dalam suara anak Indonesia,” ujarnya.
Ia berharap, dengan semangat FA Kaltim dapat menampilkan yang terbaik dan meningkatnya kapasitas, pemahaman, pengetahuan, kesadaran, serta perannya sebagai agen pelopor dan pelapor pemenuhan hak anak.
Rombongan delegasi FA Kaltim akan bertolak ke Makassar pada Jumat (19/7/2019) di damping fasilitator FAN Kaltim dan Kasi Tumbuh Kembang Anak. (DKP3AKaltim/rdg)

Puspaga Wadah Strategis Menuju Keluarga Sejahtera

Samarinda — Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim menggelar Pelatihan Pengasuhan Anak Melalui Penanaman Nilai-Nilai Luhur Bagi Pengurus Puspaga Provinsi dan Lembaga Masyarakat Pemerhati Perempuan dan Anak, berlangsung di Hotel Grand Victoria Samarinda, Rabu (17/7/2019).

Kepala Dinas KP3A Kaltim Halda Arsyad mengatakan, pengasuhan memegang peran yang sangat penting dalam sebuah keluarga dan akan menentukan baik buruknya karakter seorang anak kelak. Kegagalan keluarga dalam melaksanakan tanggung jawab pengasuhan disertai lemahnya program pemerintah dalam membantu/memberdayakan keluarga tersebut untuk mengasuh dan melindungi anak, dikhawatirkan akan menyebabkan anak berada dalam kondisi rentan dan beresiko mengalami kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya.

Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) menjadi tempat pembelajaran yang efektif dan strategis bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan menuju keluarga sejahtera yang dilakukan oleh tenaga profesional seperti tenaga konselor, baik psikolog maupun sarjana profesi bidang psikologi. Bimbingan Konseling atau Pekerja Sosial yang telah memahami Konvensi Hak Anak, melalui peningkatan kapasitas orang tua/keluarga yang bertanggung jawab terhadap anak dalam mengasuh dan melindungi anak dari kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran.

“Hal ini merupakan salah satu unsur prioritas dalam pelaksanaan kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA),” ujarnya.

Selain itu Puspaga merupakan bentuk layanan pencegahan di bawah koordinator Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai wujud kepedulian Negara dalam meningkatkan kehidupan keluarga dan ketahanan keluarga.

“Programnya yaitu pendidikan/pengasuhan, ketrampilan menjadi orangtua, keterampilan melindungi anak, kemampuan meningkatkan partisipasi anak dalam keluarga maupun penyelenggaraan program konseling bagi anak dan keluarga,” katanya.

Halda menginformasikan sampai dengan akhir pertengahan tahun 2019, Puspaga sudah  terbentuk di Tingkat Provinsi, dan untuk Tingkat Kabupaten/ Kota sudah dimiliki oleh Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Berau.

“Harapan kami setelah ada Pelatihan ini akan menambah wawasan para peserta dan membantu menginformasikan kepada masyarakat terkait pusat pembelajaran keluarga agar dapat termanfaatkan dengan baik. Sehingga bisa ikut andil dalam pembentukan ketahanan keluarga di masayarakat,” imbuhnya.

Kegiatan ini diikuti sebanyak 45 peserta terdiri dari pengurus Puspaga Kaltim dan unsur organisasi/ yayasan/ Lembaga Masyarakat Pemerhati Perempuan dan Anak. Sedangkan narasumbernya yaitu Asdep Pemenuhan Hak Anak Atas Pengasuhan Keluarga dan Lingkungan KPPPA Rohika Kurniadi Sari, ketua puspaga kota Balikpapan Syafaah dan Fasilitator KLA Kaltim Sumadi. (DKP3AKaltim/rdg)

Orang Tua Kunci Utama Keberhasilan Anak

Samarinda — Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim menggelar Pelatihan Pengasuhan Anak Melalui Penanaman Nilai-Nilai Luhur Bagi Anggota Gugus Tugas KLA Provinsi Kaltim, berlangsung di Hotel Grand Victoria Samarinda, Selasa (16/7/2019).

Kabid PPPA Noer Adenany dalam laporannya mengatakan, masalah sosial seputar kenakalan remaja, perdagangan orang, eksploitasi maupun kekerasan anak seakan menjadi santapan utama berbagai media komunikasi, baik media cetak maupun media daring (dalam jaringan. Hal ini disebabkan kerena melemahnya pendidikan dan penanaman biai luhur pada anak sejak usia dini.

“Wadah pertama dan utama yang bertanggung jawab dalam proses ini sebenarnya adalah keluarga yang yang merupakan sebuah institusi pendidikan awal,” ujarnya.

Dalam keluarga terjadi transformasi nilai-nilai dasar yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, keluarga menjadi ajang yang paling sempurna untuk menanamkan ketiga nilai karakter manusia, yaitu integritas, etos kerja dan gotong royong, yang dibangun sejak dini, sejak kehamilan, kelahiran dann masa tumbuh kembang anak.

“Aktor utama yang mengaktifkan proses transformasi nilai ini adalah orang tua,” imbuh Dany.

Dalam proses itu, lanjut Dany, harus menerapkan pembelajaran melalui teladan hidup. Keleladanan itu harus bersifat konstruktif. Jika tidak, anak akan terpeleset dari koridor moral dan perilaku moril. Sehingga orang tua menjadi kunci utama keberhasilan anak. Orang tua lah yang pertama kali dipahami anak sebagai orang yang memiliki kemampuan luar biasa diluar dirinya dan dari orang tua anak pertama kali mengenal dunia.

“Pentingnya pengasuhan anak sedini mungkin, maka kegiatan ini sebagai upaya yang turut membantu mengedukasi para orang tua, aktivis, pemerhati anak bagi pembentukan karakter anak sendini mungkin sehingga kelak menjadi manusia yang berkualitas, sehat dan berkahlak mulia,” tutup Dany. (DKP3AKaltim/rdg)

Puspaga Adalah One Stop Service

Samarinda — Indonesia sebagai negara telah meletakkan pembangunan di bidang anak sebagai satu hal yang sangat penting dan strategis. Dalam kerangka hak anak, keluarga adalah tempat pengasuhan yang pertama dan utama sebagai wahana untuk mencurahkan kasih sayang, bimbingan, arahan dan perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi terhadap anak. Peran orang tua besar pengaruhnya bagi perkembangan psikologi anak dalam proses pendewasaan anak.

Pengasuhan memegang peran sangat penting dalam sebuah keluarga dan akan menentukan baik buruknya karakter seorang anak kelak. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim Halda Arsyad, dalam Pelatihan Pengasuhan Anak Melalui Penanaman Nilai-Nilai Luhur Bagi Anggota Gugus Tugas KLA Provinsi Kaltim, berlangsung di Hotel Grand Victoria Samarinda, Selasa (16/7/2019).

Halda mengatakan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) merupakan one stop service atau layanan satu pintu keluarga berbasis hak anak untuk memberikan solusi atau jalan keluar bagi orang tua, anak dan keluarga dalam menghadapi permasalahan.

“Kementerian PPPA mulai meginisiasi Puspaga pada tahun 2016, sampai dengan tahun 2017 sudah di 23 pemerintah daerah terbagi dalam 3 provinsi dan 20 kabupaten/kota. Untuk Kaltim telah mulai menginisiasi Puspaga yaitu provinsi, Kabupaten Berau dan Kota Balikpapan,” ujarnya.

Konsep Puspaga sendiri di buat seperti ruang keluarga yang nyaman dan dilengkapi ruang bermain anak sehingga seluruh keluarga seluruh keluarga tertarik untuk berkunjung ke Puspaga. Untuk bersama-sama melakukan pembelajaran terbaik terkait bagaimana mengasah- asih- asuh anak dengan tepat sehingga mampu menjaga ketahanan keluarga.

“Manfaat keberadaan Puspaga agar masyarakat memiliki pilihan terbaik untuk menyelesaikan berbagai permasalahan keluarga dan anak,” katanya.

Halda berharap,  sebagai langkah pertama pencegahan, Puspaga juga sebagai bentuk kehadiran negara dalam mewujudkan sembilan butir Nawacita yang merupakan visi pemerintah yaitu menghadirkan negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara dan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. “Kedua butir Nawacita tersebut menuntun dan memberikan acuan dan kewajiban negara untuk membantu meningkatkan kehidupan keluarga yang berkualitas,” ujarnya.

Kegiatan ini diikuti sebanyak 45 peserta dengan narasumber Kepala Dinas KP3A Kaltim Halda Arsyad, LM Rifka Annisa Jogjakarta Nurmawati, dan Fasilitator KLA Kaltim Sumadi. (DKP3AKaltim/rdg)