Samarinda --- Untuk menciptakan layanan jasa transportasi yang ramah terhadap anak, perempuan dan disabilitas, Kepala Dinas Kependudukan, Pemperdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim melaksanakan Peningkatan Kapasitas SDM Bagi Rider dan Driver Ojek Online (Ojol) Tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak, Perempuan dan Disabilitas, di Hotel Grand Victoria Samarinda, Selasa (29/10/2019). Kepala Dinas KP3A Kaltim, Halda Arsyad mengatakan perempuan dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap sistem transportasi dan kekerasan seksual. Hal ini terbukti dari data kecelakaan yang menelan korban jiwa 65% diantaranya korban tewas dari kelompok pejalann kaki yaitu perempuan dan anak. Ojol menjadi salah satu upaya strategis untuk menciptakan transportasi kota ramah anak karena korban kekerasan dan pelecehan seksual yang dialami perempuan dan anak, dari beberapa kejadian juga melibatkan rider dan driver angkutan jalan. Ia menyampaikan, kebutuhan terhadap keberadaan sistem transportasi yang ramah bagi anak merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu kebutuhan akan ruang terbuka untuk melakukan berbagai aktivitas. Kebutuhan ini merupakan hak dasar anak-anak yang harus dipenuhi menuju kabupaten/kota layak anak. “Dengan kebutuhan ruang terbuka yang cukup aman dan nyaman bagi anak-anak saat ini lebih mirip seperti kebutuhan akan barang mewah. Sangat mahal dan sulit diperoleh, terlebih di kota-kota besar,” ujarnya. Halda melanjutkan, hal ini disebabkan oleh rendahnya perhatian pemerintah dan perencana kota terhadap kebutuhan ruang yang aman dan nyaman bagi anak-anak. “Keberhasilan pembangunan sistem transportasi ramah anak adalah sinergis dari beberapa penerapan strategi yang dilakukan untuk membangun jaringan jalan yang aman dan nyaman bagi anak-anak,” ungkapnya. Ia menyebutkan, dari data aplikasi Sistem Informasi Online (simfoni) DKP3A Kaltim, khusus Kota Samarinda menduduki peringkat I. Sampai dengan bulan Oktober 2019, korban anak berjumlah 210 yang terdiri dari korban laki dewasa 1 orang, perempuan dewasa 78 orang, korban anak laki-laki 49 serta dan anak perempuan berjumlah 82 orang. “Sementara tahun 2018 korban mencapai 162 orang, turun dibanding tahun 2017 korban mencapai 422 orang,” katanya. Dengan adanya kegiatan ini, Halda berharap dapat meningkatkan pemahaman, kepedulian dan kepekaan seluruh lapisan masyarakat serta komunitas ojol dapat menjadi agen polopor dan pelapor kekerasan terhadap anak, perempuan dan disabilitas. Kegiatan ini diikuti 100 peserta dari komunitas ojol yang terdiri dari Gojek, Grab, Go Samarinda Muslimah Transport (Go-SMT), Pesan Bungkus, Garda Kaltim, Oke Jack, Maxim dan Anterin. (DKP3AKaltim/rdg)