Menteri PPPA Tegaskan Pentingnya ASI Eksklusif untuk Tekan Angka Stunting

Jakarta — Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menekankan pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif untuk menekan angka stunting di Indonesia. Pasalnya, balita yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki risiko stunting sebesar 4,8 kali. Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.

“Karena dampaknya adalah dampak berkepanjangan, penurunan angka stunting telah dinyatakan sebagai program prioritas nasional. Target penurunan angka stunting pada tahun 2024 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah 14 persen,” ujar Menteri Bintang dalam Konvensi Perempuan Indonesia yang diselenggarakan secara virtual (21/4/2021).

Lebih lanjut, Menteri Bintang menyebutkan perlu adanya pemberian edukasi yang tepat mengenai makanan pendamping ASI (MPASI) serta adanya pengarusutamaan gender di dalam keluarga.

“Untuk mencapai poin ASI eksklusif dan MPASI yang saya sebutkan tadi, tentunya dibutuhkan dukungan yang setara dari ayah dan ibu. Konstruksi sosial yang berkembang di dalam masyarakat sering kali hanya membebankan tugas pengasuhan pada ibu saja. Padahal tugas pengasuhan adalah tugas yang setara antara ayah dan ibu,” tutur Menteri Bintang.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) pun berupaya mengatasi isu pengasuhan di dalam keluarga, termasuk upaya pencegahan stunting, diantaranya dengan mengembangkan model pencegahan stunting pada anak balita yang disebut dengan Kampung Anak Sejahtera, memperkuat jaringan dengan forum anak sebagai wadah aspirasi serta sebagai pelopor dan pelapor dalam pencegahan stunting, serta mengembangkan jaringan kelompok Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA).

Menteri Bintang pun mengharapkan adanya sinergi dari seluruh elemen masyarakat, baik pemerintah, lembaga, dunia usaha, hingga masyarakat untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak. “Marilah kita bersinergi dan bergandengan tangan demi pemenuhan gizi yang tepat, serta pemenuhan hak untuk menekan angka stunting di Indonesia. Kita semua harus bersama-sama menyatukan kekuatan untuk menjamin anak mendapatkan pengasuhan yang berkualitas, terutama bagi pengasuh utama dalam keluarga, yaitu ayah dan ibu harus dapat membentuk sistem yang kuat dan saling mendukung,” harap Menteri Bintang.

Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyebutkan bahwa penyebab stunting diantaranya adalah asupan gizi yang tidak mencukupi secara terus menerus serta seringnya anak terkena penyakit. Selain sepakat dengan Menteri Bintang mengenai pentingnya ASI eksklusif, Hasto juga mengingatkan untuk tidak melewatkan imunisasi pada anak.

Selain itu, Hasto juga mengatakan bahwa kesehatan ibu dan 1000 hari kehidupan pertama anak, yaitu 40 minggu di dalam kandungan dan 24 bulan setelah lahir merupakan hal mutlak untuk dijaga. “Mari kita manfaatkan kesempatan itu untuk mencetak generasi yang unggul untuk Indonesia Maju. Ibu yang sehat dan tidak anemia akan melahirkan generasi yang sehat dan hebat untuk Indonesia Maju. Perempuan setiap bulan pasti keluar darah 200 cc karena menstruasi, kalau dia tidak mengganti darahnya dengan gizi yang cukup dan seimbang, maka banyak yang anemia. Ini sumber stunting,” tutup Hasto. (BiroHukumdanHumasKemenPPPA)

Panen Manfaat Implementasi Pengarusutamaan Gender di Tempat Kerja

Jakarta — Pembangunan di segala sektor sudah sepantasnya mengedepankan prinsip kesetaraan dan upaya-upaya pengarusutamaan gender (PUG). Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan di tempat kerja, upaya pengarusutamaan gender bukan hanya bermanfaat bagi perempuan itu sendiri tapi juga membawa dampak positif bagi kemajuan perusahaan.

“Pengarusutamaan gender di tempat kerja nyatanya bukan demi kepentingan perempuan belaka. Berbagai penelitian telah menunjukkan adanya korelasi terhadap kemajuan perusahaan dengan upaya pengarusutamaan gender. Pengarusutamaan gender dan kesetaraan di tempat kerja merupakan kunci kesuksesan perusahaan,” ujar Menteri Bintang dalam webinar Peringatan Hari Kartini dengan tema: “Inspiring and Outstanding Women in Engineering: Commemorating Kartini’s Spirit” melalui daring, (21/04/2021).

Penelitian dari International Labor Organization (Juni, 2020) di Indonesia yang mencakup 416 perusahaan nasional dan multinasional, baik perusahaan kecil, menengah, maupun besar, ditemukan bahwa sebagian besar perusahaan sepakat bahwa upaya pengarusutamaan gender di lingkungan kerja membawa keuntungan luar biasa pada proses bisnis mereka. Tidak hanya itu, upaya ini juga memberikan keuntungan bagi perusahaan berupa peningkatan produktivitas dan kinerja pegawai, dan peningkatan profit.

Selain karena budaya patriarki yang masih kental, perempuan juga kerap diragukan kemampuannya karena kondisi khusus fisiknya seperti dapat menstruasi, hamil dan menyusui. Kebutuhan-kebutuhan khusus perempuan tersebut seringkali menjadi hambatan apabila dirinya ingin memilih profesi tertentu. Misalnya, perempuan yang ingin berkarir di bidang STEM (science, technology, engineering & mathematics), yang masih dianggap sebagai ”pekerjaan laki-laki” cenderung diragukan kemampuannya.

“Perempuan dianggap harus bisa menyesuaikan diri dan membuktikan bahwa dirinya layak diperhitungkan jika ingin berkarir pada industri tersebut (STEM). Hal ini (kondisi khusus perempuan) tidak menjadi alasan bagi siapapun untuk mengesampingkan pemenuhan kebutuhan spesifik perempuan, atau bahkan memandang perempuan sebagai beban. Tugas kita semua untuk memastikan pembangunan dalam berbagai sektor dan industri apapun menjadi ramah perempuan,” tegas Menteri Bintang.

Oleh karena itu, Menteri Bintang mengajak semua pihak untuk saling bersinergi dan berkolaborasi antar instansi, organisasi, dan negara untuk membangun dunia yang setara bagi perempuan dan laki-laki.

“Patut menjadi perhatian kita semua bahwa isu perempuan mencakup permasalahan yang kompleks dan multisektoral. Hal ini tidak akan tercapai apabila hanya kaum perempuan saja yang berjuang. Oleh karena itu, perjuangan kita untuk mencapai kesetaraan gender harus lebih masif lagi. Menghimpun kekuatan dari berbagai pihak dan bersinergi bersama adalah suatu keharusan,” tambah Menteri Bintang. (BiroHukumdanHumasKemenPPPA)