Wagub Doakan Anak Kaltim Juara Olimpiade Matematika Di Hong Kong

Samarinda — Wakil Gubernur Kaltim H Hadi Mulyadi mengapresiasi dan mendoakan seluruh anak Kaltim asal Samarinda yang akan mengikuti Olimpiade Matematika di Hong Kong atau Hong Kong International Mathematical Olympiad (HKIMO) 2019 berlangusng sejak 28 Agustus – 3 September 2019.

“Semoga seluruh peserta, anak-anak kita ini berhasil. Sehingga mampu membanggakan negara dan daerah,” kata Hadi Mulyadi ketika menerima peserta HKIMO 2019 di Ruang Rapat Wagub, Senin (26/8/2019).

Ia berpesan kepada seluruh peserta untuk semangat dan tetap menjaga kesehatan. Sehingga bisa bersaing dengan peserta dari negara lainnya.

Ketua Tim Rombongan Anwar  mengatakan, ada 11 siswa dan siswi yang dibawa untuk mengikuti kompetisi tersebut. “Peserta yang mengikuti dari Sekolah Dasar (SD) Islam Bunga Bangsa, MTs Negeri Samarinda, Sekolah Citra Kasih, SD Fastabiqul Khairat dan SMP Cordova,” jelasnya.(Humasprovkaltim/DKP3AKaltim/rdg)

SDM Unggul, di Mulai Dari Orang Tua dan Lingkungan Yang Sehat

Jakarta – Keberhasilan Indonesia mempersiapkan generasi bertalenta yang berhati Indonesia dan berideologi Pancasila untuk Indonesia maju membutuhkan keterlibatan seluruh rakyat Indonesia.

Mengutip Pidato Kenegaraan Presiden RI, Joko Widodo dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Republik Indonesia, Indonesia maju bukan hanya karya Presiden dan Wakil Presiden, bukan hanya karya lembaga eksekutif, lembaga legislatif ataupun yudikatif saja. Tetapi keberhasilan Indonesia juga karya pemimpin agama, budayawan dan para pendidik. Keberhasilan Indonesia adalah juga karya pelaku usaha, buruh, pedagang, inovator maupun petani, nelayan dan UMKM, serta karya seluruh anak bangsa Indonesia.

Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Pribudiarta Nur Sitepu mengatakan berdasarkan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional tahun 2016, 1 dari 3 atau 33,33 % (prevalensi) atau sekitar 33,2 juta perempuan usia 15-64 tahun mengalami kekerasan fisik/seksual dan 1 dari 10 perempuan di usia tersebut mengalami kekerasan di 12 bulan terakhir.

Sementara itu, Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja tahun 2018 mencatat 2 dari 3 anak-anak atau 66,67 % (prevalensi) anak-anak atau sekitar 53,06 juta anak-anak dan remaja perempuan atau laki-laki pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya. Kekerasan yang dialami oleh anak dan remaja cenderung tidak berdiri sendiri tetapi bersifat tumpang tindih di antara jenis kekerasan, mencakup kekerasan fisik, emosional, dan seksual.

Hal ini, lanjut Pribudiarta, mengindikasikan masih banyak isu gender dalam pembangunan dan tingkat pemahaman masyarakat tentang hak perempuan dan anak, terutama hak untuk terbebas dari kekerasan dan berbagai bentuk diskriminasi belum optimal.

“SDM berkualitas harus dipersiapkan sejak dini. Salah satu proses penting untuk menghasilkan SDM unggul adalah memastikan setiap bayi yang lahir adalah dari seorang ibu yang sehat secara fisik, mental, dan sosial. Harapannya, bayi tersebut terbebas dari stunting dan ketika tumbuh, mereka terpenuhi hak-haknya dan terbebas dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi,” katanya pekan lalu.

Oleh karena itu, KPPPA melakukan berbagai upaya guna mewujudkan kesetaraan gender sehingga perempuan Indonesia sehat secara fisik, mental, sosial, dan terbebas dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi dan memastikan anak-anak Indonesia terlindungi dan terpenuhi haknya sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi SDM unggul.

“Untuk mencetak SDM yang pintar dan berbudi pekerti luhur harus didahului oleh SDM yang sehat dan kuat. Bukan hanya calon ibu, tetapi kita juga harus mempersiapkan calon ayah dan lingkungan yang sehat sehingga seluruh komponen, dari lingkungan terkecil, menengah, hingga besar aman dan layak untuk anak-anak Indonesia,” tutup Pribudiarta. (KPPPA/DKP3AKaltim/rdg)