Bangun Kemitraan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan di ASEAN Melalui Batik

Jakarta — Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mendukung peran perempuan dalam mewariskan batik sebagai kesenian khas Indonesia. Industri batik yang banyak digeluti kaum perempuan merupakan bagian dari produk industri kreatif, khususnya di bidang fashion yang memberikan sumbangsih dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian bangsa.

“Bagi kami bangsa Indonesia, batik bukan hanya produk seni lukis kain, namun juga sebuah ekspresi kehangatan, kesejahteraan budaya dan spiritual masyarakat Indonesia. Dengan demikian, membuat dan memakai batik bagi kita adalah bagian dalam menanamkan identitas, budaya, dan warisan spiritual bangsa. Batik erat kaitannya dengan perempuan dan fashion, dan fashion adalah bagian dari industri kreatif yang begitu besar,” terang Menteri Bintang dalam rangkaian kegiatan the 4th ASEAN Ministerial Meetings on Women (AMMW), Webinar The Beauty of Batik as Cultural Heritage in Women’s Hand (11/102021).

Menteri Bintang menerangkan terdapat sekitar 47 ribu unit usaha batik tersebar di 101 sentra batik, dari jumlah tersebut lebih dari 200 ribu pembatik perempuan dipekerjakan. Jumlah perempuan yang terlibat dalam industri batik diprediksi akan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam bidang fashion dan perdagangan.

Untuk itu, webinar tersebut diharapkan tidak hanya memberikan pemahaman yang mendalam tentang batik, keindahan, ketenaran, dan kontribusinya bagi kesejahteraan nasional, tetapi juga dapat membangun kemitraan yang lebih kuat di antara perempuan pebisnis di Indonesia dan ASEAN untuk bekerja bahu membahu, bermitra dengan pemangku kepentingan terkait untuk mencapai ketahanan sosial ekonomi bagi masyarakat, planet, kemakmuran, kemitraan, dan kekuatan ASEAN.

“Kita melihat bahwa ada korelasi budaya batik dengan pemberdayaan ekonomi perempuan. Selain itu ada hubungan antara batik yang banyak digeluti perempuan dengan pertumbuhan ekonomi bangsa,” jelas Menteri Bintang.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Bintang turut memberikan apresiasi pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang secara terus-menerus mendukung industri kreatif, termasuk di dalamnya batik. Menteri Bintang percaya dengan dukungan masyarakat, baik laki-laki dan perempuan serta pemerintah, akan memberikan dampak kepada batik sebagai simbol seni lukis agar mengakar secara lokal dan disukai secara global.

Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, Fadjar Hutomo mengungkapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi yang ditetapkan UNESCO didominasi Industri Kecil dan Menengah (IKM). Oleh karenannya, batik menjadi penggerak dan pemacu roda perekonomian bagi sebagian rakyat Indonesia yang patut untuk terus didukung.

“Kemenparekraf berupaya mendorong UMKM kreatif di Indonesia untuk  naik kelas dan mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi. Momentum pemulihan ekonomi harus dimanfaatkan sebaik mungkin karena UMKM merupakan pilar   kebangkitan ekonomi nasional, sebagaimana yang telah disampaikan Presiden Jokowi. Adapun strategi yang dilakukan Kemenparekraf pada masa pandemi Covid-19 dengan melakukan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi,” ungkap Fadjar.

Fadjar menambahkan kolaborasi antara Kemen PPPA dan ASEAN Women Entrepreneurs Network (AWEN) Indonesia diharapkan dapat membangkitkan kembali semangat para pengrajin, pengusaha, dan pecinta batik untuk melestarikan batik Indonesia bagi generasi muda dan pemulihan ekonomi bangsa yang terdampak pandemi Covid-19.

Dalam acara tersebut turut hadir pemilik Batik Riana Kesuma, Riana Kesuma yang menyampaikan alasan semua pihak harus mendukung batik karena 70-80 persen dari pelaku usaha batik adalah perempuan. Oleh karenanya, perempuan diharapkan bisa mengambil alih tenaga kerja sebagai pelaku batik. (birohukum&umasKPPPA)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *